Model Pembelajaran Strategi Genius Learning

 Genius Learning  adalah model pembelajaran yang pada intinya membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Kondisi kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil belajar yang maksimal. Di dalam model pembelajaran ini guru harus memberikan kesan bahwa kelas merupakan suatu tempat yang menghargai siswa sebagai seorang manusia yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya (Gunawan,2006:334).
Dasar dari genius learning adalah teori belajar kontruktivistik menurut Piaget. Teori belajar kontruktivistik menekankan pada bagaimana siswa membangun pengetahuannya sendiri dan pada teori ini lebih mementingkan proses pembelajaran. Dari teori belajar kontruktivistik ini lahirlah accelerated learning atau cara belajar dipercepat yang kemudian oleh Bobbi De Porter dikembangkan menjadi sebuah model quantum teaching. Dari sinilah genius learning lahir menjadi model pembelajaran yang berdasarkan quantum teaching namun telah mempertimbangkan kondisi di Indonesia. Nama lain yang sering dipakai antara lain Accelerated Learning, Quantum Teaching, Super Learning Efficient and Effective Learning. Pada intinya tujuan berbagai model ini sama yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenangkan.
Nama genius learning diciptakan untuk membedakannya dengan accelerated learning. Perbedaan model genius learning dan accelerated learning adalah model genius learning telah mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang beragam, kondisi sosial ekonomi, sistem pendidikan nasional kita dan tujuan pendidikan, sedangkan accelerated learning itu sendiri merupakan model mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara ilmiah dengan menggunakan teknik-teknik yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan merasa bahwa belajar itu menyenangkan, efektif dan cepat (Rose dan Nicholl, 2003:36). Sedangkan untuk quantum teaching atau quantum learning yang dikembangkan oleh Bobbi De Porter merupakan satu paket dengan Super Camp. Untuk bisa berhasil dalam menerapkan kedua model tersebut, kita tidak boleh hanya mengadopsi sebagian dari modelnya karena akan kehilangan esensinya, namun hal ini sering terlupakan (Gunawan, 2006:4).
Rose dan Nicholl (2003:36) berpendapat, apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan pembelajaran adalah accelerated learning, dikatakan bahwa dasar dari genius learning adalah accelerated learning karena dalam genius learning terdapat beberapa prinsip pokok accelerated learning yaitu:

    Keterlibatan total peserta didik dalam meningkatkan proses pembelajaran.
    Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.
    Belajar berbasis aktivitas seringkali membawa hasil positif dibanding dengan belajar berbasis presentasi.

Dalam menerapkan model genius learning, diawali dari suatu keyakinan dan penghargaan bahwa apabila siswa dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara-cara yang benar, cara yang menghargai keunikan mereka, maka mereka semua dapat mencapai suatu hasil pembelajaran yang maksimal (Sucihati: 2004). Apa yang ditawarkan oleh model genius learning adalah suatu system yang terancang dengan satu jalinan yang sangat efisien yang meliputi diri siswa, guru, proses pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Dalam genius learning siswa ditempatkan sebagai pusat dari proses pembelajaran, sebagai subjek pendidikan. Tidak seperti yang terjadi selama ini, siswa ditempatkan dalam satu posisi yang tidak pas, yaitu sebagai objek pendidikan (Gunawan, 2006:6-7).
Dengan adanya seorang guru dan siswa di dalam kelas, tidak berarti proses pendidikan dapat berlangsung secara otomatis. Bila ada proses pengajaran, tidak berarti diikuti proses pembelajaran. Namun perlu dipahami bahwa keduanya merupakan dua kegiatan yang berbeda. Untuk itulah genius learning dirancang, yakni untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar.
Sintakmatik atau langkah-langkah pembelajaran genius learning terdiri dari:

    Suasana kondusif

Inti dari genius learning adalah model pembelajaran yang membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Tanpa lingkungan yang mendukung, strategi apapun yang diterapkan di dalam kelas akan sia-sia. Proses ini tidak terjadi begitu saja, guru bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif sebagai persiapan untuk masuk ke dalam proses pembelajaran  yang sesungguhnya. Siswa harus terbebas dari rasa takut dan tekanan psikologis. Siswa harus berada dalam kondisi fisik yang nyaman dan mendukung.
Untuk bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung proses pembelajaran, maka sekolah harus memberikan kesan sebagai suatu tempat yang menghargai siswa sebagai seorang manusia seutuhnya, yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya. Menurut Setin (2007:113), Untuk membantu menciptakan kondisi yang kondusif maka sekolah harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya suasana kondusif untuk memaksimalkan hasil dari proses pembelajaran. Faktor tersebut terdiri dari kebutuhan fisik dan kebutuhan rasa aman, dicintai, dan dihargai.
Menurut Gunawan (2006:312-319), kebutuhan fisik yang mempengaruhi pembelajaran meliputi:
1.    Fisik siswa
Jika siswa harus duduk dalam jangka waktu yang lama, akan berakibat pada meningkatnya kelelahan, tingkat efektivitas tarikan nafas menurun dan dengan demikian suplai oksigen berkurang. Pada akhirnya, hal ini akan sangat menurunkan kemampuan belajar dan berfikir. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu gerakan tubuh yang dapat membuat siswa rileks kembali.
2.    Pengaturan kelas
Meja dan kursi yang disusun berurutan membentuk baris dianggap merupakan cara yang sudah benar, padahal posisi meja dan kursi sangat mempengaruhi hasil proses pembelajaran. Dari hasil riset yang dilakukan diketahui beberapa gaya pengaturan ruang kelas yang mempunyai pengaruh positif terhadap proses pembelajaran. Format meja dan kursi yang disarankan adalah bentuk lingkaran, bentuk V, bentuk segi empat, dan bentuk U. Format pengaturan tersebut menghasilakn atmosfir belajar yang kondusif karena siswa merasa menjadi bagian dari satu kelompok. Dalam penelitian ini digunakan format pengaturan meja dan kursi berbentuk segi empat.
3.    Postur tubuh yang benar
Posisi tubuh saat duduk juga berpengaruh dalam pembelajaran. Posisi tubuh ideal adalah posisi dimana tubuh tegak namun tidak dipaksakan. Bila posisi duduk siswa salah maka akan mudah mengantuk dan lelah. Untuk bisa mengatasi hal ini dapat dilakukan gerakan senam ringan selama 30-60 detik untuk meningkatkan antusisme siswa kemudian membenahi posisi duduk mereka.
4.    Pencahayaan
Pencahayaan dari sinar matahari langsung akan lebih bagus untuk proses pembelajaran.
Kebutuhan akan rasa aman, dicintai, dan dihargai dapat dipenuhi oleh guru dengan melakukan hal berikut:
1)   Dalam berkomunikasi sering menggunakan dan menyebut nama anak dengan positif.
2)   Memberikan perhatian secara adil dan merata kepada setiap siswa.
3)   Merayakan keberhasilan bersama dan memberikan pujian dan penghargaan atas prestasi siswa.
4)   Memberikan penilaian positif. Jangan menghitung berapa soal yang salah tetapi menghitung berapa yang benar dari jawaban siswa. Menggunakan spidol warna biru untuk menunjukkan jawaban yang benar dan jangan mencoret lembar jawaban siswa dengan spidol merah.
5)   Fokus pada peningkatan prestasi siswa dengan membandingkan prestasi siswa saat itu dengan prestasi sebelumnya. Jangan pernah membandingkan secara terbuka prestasi siswa yang satu dengan yang lain.
Menurut (Gunawan, 2006:329-330) menyatakan, beberapa cara sederhana yang cukup efektif untuk menciptakan suasana kondusif adalah:
a)    Guru menyambut kedatangan siswa dan menyalami mereka satu-persatu.
b)    Guru menyapa dan memanggil nama siswa dengan hangat dan antusias.
c)    Meja guru yang dekat dengan meja siswa memberikan kesan bahwa guru dan siswa berada dalam satu level. Guru dan siswa merupakan kesatuan dalam proses pembelajaran.
d)   Selalu memberikan umpan balik yang positif.
e)    Membentuk siswa dalam kelompok belajar.

    Hubungkan

 Perlu penghubung antara apa yang akan dipelajari dan apa yang telah diketahui oleh siswa serta apa yang akan dimanfaatkan oleh siswa dari informasi yang akan dia pelajari agar terjadi kesiapan dalam diri siswa. Guru bisa menghubungkan dengan pengetahuan yang diketahui oleh siswa dari proses pembelajaran sebelumnya atau dari pengalaman siswa itu sendiri.
Cara yang paling mudah adalah dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan selalu membutuhkan jawaban. Untuk bisa menjawab, siswa perlu berfikir. Saat berfikir siswa mengakses memori jangka pendek, sehingga memori ini akan terus terisi informasi baru dan menggeser informasi yang tidak ada hubungannya dengan materi yang akan dipelajari. Siswa diminta untuk menghubungkan materi dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya dan membayangkan aplikasi dalam kehidupan nyata. Dalam melakukan hal ini, siswa harus menuliskan di kertas apa yang muncul dalam pikirannya.

    Gambaran besar

Untuk lebih membantu menyiapkan pikiran siswa dalam menyerap materi yang diajarkan, sebelum proses pembelajaran dimulai, guru harus memberikan gambaran besar dari keseluruhan materi. Guru dapat memberikan ringkasan dari apa yang akan dipelajari. Menjelaskan bagaimana cara guru akan mengajarkan materi pembelajaran dan memberikan kata-kata kunci. Atau dengan cara menuliskan atau membuat gambaran  besar di papan tulis, dari materi pelajaran yang akan disampaikan (Gunawan, 2006:328).


    Tetapkan tujuan

Pada tahap ini rangkaian proses pembelajaran baru akan dimulai. Apa hasil yang akan dicapai pada akhir proses pembelajaran harus dijelaskan dan dinyatakan kepada siswa. Hasil yang akan dicapai dapat dijelaskan langsung kepada seluruh kelas, ada juga yang dijelaskan perkelompok, atau dijelaskan kepada siswa secara pribadi (Gunawan, 2006:328).

    Pemasukan informasi

Pada tahap ini, informasi yang akan diajarkan dengan melibatkan berbagai metode dan gaya mengajar dari seorang guru. Memori  jangka panjang akan dapat diakses apabila proses pemasukan informasi bersifat unik dan menarik. Dalam pemasukan informasi, siswa diajarkan cara mempermudah menghafal dan memahami persamaan fisika. Untuk menghafal rumus yang harus dilakukan adalah membuat cerita lucu dan menarik dengan menggunakan komponen huruf, angka, dan simbol matematik dalam persamaan tersebut.

    Aktivasi

Saat siswa menerima informasi melalui proses pembelajaran (pemasukan informasi), informasi ini masih bersifat pasif. Siswa masih belum merasa memiliki informasi atau pengetahuan yang diterimanya. Hal ini dikarenakan proses penyampaian berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Untuk bisa lebih meyakinkan bahwa siswa benar-benar telah mengerti dan untuk menimbulkan perasaan di hati siswa bahwa informasi yang baru saja diajarkan adalah benar-benar milik mereka, diperlukan proses aktivasi.
Proses aktivasi merupakan proses yang membawa siswa kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan. Jadi sebelum melakukan tahap aktivasi, guru sebaiknya menjelaskan metode yang akan digunakan agar siswa tidak bingung. Penyampaian berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Untuk lebih bisa meyakinkan bahwa siswa benar-benar telah mengerti dan untuk menimbulkan perasaan di hati siswa bahwa informasi yang baru saja diajarkan adalah benar-benar mereka miliki. Aktivasi bisa dilakukan sendiri, secara berpasangan atau secara kelompok guna membangun kemampuan komunikasi dan kerja sama kelompok. Pada proses aktivasi ini praktikan menggunakan metode diskusi untuk menyampaikan materi ke siswa. Pada tahap ini siswa menemukan arti yang sesungguhnya dari apa yang dipelajari. Proses ini lebih bersifat internal. Siswa mengintegrasikan apa yang mereka pelajari dan menemukan makna yang sesungguhnya dari apa yang telah dipelajari.

    Demonstrasi

Tahap ini sebenarnya sama dengan proses guru menguji pemahaman siswa dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam model genius learning, pemahaman siswa langsung diuji pada saat itu juga. Ini bertujuan untuk benar-benar mengetahui sampai mana pemahaman siswa. Kalau dalam pembelajaran konvensional, guru biasanya akan memberikan ujian satu minggu setelah proses pemasukan informasi. Berdasarkan pada cara kerja otak yang optimal, maka cara memberikan ujian tersebut sangat tidak efektif. Demonstrasi yang dimaksud dapat meliputi praktik langsung, membuat tes dan mengerti jawabannya, mengajar, mengerti aplikasi pengetahuan yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

    Tinjau Ulang dan Jangkarkan

Melakukan pengulangan dan penjangkaran pada akhir setiap sesi dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dari proses pembelajaran.
            Sistem sosial merupakan suasana dan norma yang berlaku di dalam suatu model. Dalam model genius learning, guru memainkan peranan penting dalam upaya menghilangkan berbagai hambatan dalam perkembangan kecerdasan. Tapi juga harus diperhatikan prinsip dan norma yang terkandung dalam model ini yaitu kerjasama, belajar berbasis aktivitas dan kesamaan derajat. Dalam model pembelajaran genius learning ini lingkungan belajar harus positif dan kondusif agar tercapai hasil belajar yang maksimal (Gunawan, 2006:333).
Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswanya, termasuk bagaimana seharusnya siswa memberikan respon. Prinsip ini memberikan petunjuk bagaimana seharusnya para pengajar menggunakan aturan permainan yang berlaku pada model tersebut. Prinsip reaksi dalam model genius learning adalah:
1.   Dalam berkomunikasi, sering-sering menggunakan dan menyebutkan nama anak dengan positif,
2.   Memberikan perhatian secara adil dan merata terhadap diri setiap anak didik,
3.   Guru menunjukkan dan memberikan contoh perilaku positif,
4.   Guru memperhatikan bahasa lisan yang digunakan dalam berkomunikasi dengan siswa,
5.   Guru memberikan penilaian secara positif. Tidak menghitung berapa soal yang salah tetapi menghitung jawaban yang benar. Tidak mencoret-coret lembar jawaban dengan spidol merah,dan
6.   Melakukan aktivitas bersama yang bertujuan membangkitkan rasa percaya dan saling mengenal diantara siswa.
Sistem pendukung adalah segala sarana bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan suatu model. Sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan model genius learning adalah penataan atau cara pengaturan ruang yang menimbulkan suasana kondusif dimana meja dan kursi ditata sedemikian rupa agar siswa merasa menjadi bagian dari suatu kelompok.
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional dalam genius learning adalah:
1.         Kemampuan mengembangkan pikiran positif terhadap dirinya.
2.         Kemampuan untuk belajar mengerti dari pengalaman dan kemampuan untuk mendapatkan serta mempertahankan pengetahuan.
Untuk atau dalam penelitian ini dampak instruksionalnya adalah hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
Dampak Pengiring adalah hasil belajar yang dihasilkan, oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung oleh pengajar. Dampak pengiring dalam genius learning antara lain:
1.      Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain,
2.      Kemampuan berkomunikasi,
3.      Siswa tidak malu bertanya kepada temannya sendiri, dan
4.      Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.


                                                DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, A.W. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT Gramedia.

Rose dan Nicholl. 2003. Accelerated Learning for The Century 21th Century cara Belajar Cepat Abad XXI. Jakarta : Nuansa.

Sucihati, D. 2009. Penerapan Model Genius Learning dengan Strategi Umpan Balik dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Tidak diterbitkan. Skripsi. JEMBER:FKIP Universitas Jember.


Setin. 2007. Menerapkan Model Accelerated Learning dalam Pembelajaran Akutansi: Sebuah Pedoman untuk Dosen-Dosen Akutansi. Dalam Jurnal Bisnis dan Akutansi (Vol.9 No.2). Universitas Kristen Maranatha.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel